Isyarat Al-Qur’an tentang pergerakan lapisan bumi setelah terbentuknya gunung-gunung

Dalam salah satu ayat suci Al-Qur’an, Allah mengajak hamba-hamba-Nya untuk merenungkan gunung-gunung:
“Dan kepada gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan.”

Pertanyaan yang harus dijawab oleh para ateis terkait perenungan ini adalah:
Apakah mungkin gunung-gunung yang sangat besar di bumi ini hanya merupakan hasil dari beberapa rumus dan hukum fisika di atas kertas? Dari mana pula bahan dasar untuk membentuk semua gunung itu berasal?

Jika alam semesta hanyalah hasil kebetulan dan tunduk pada hukum fisika sebagaimana klaim para ateis, bukankah seharusnya alam semesta jauh lebih kecil dan tidak memiliki gunung-gunung sebesar ini?
Keagungan gunung dan kebesaran alam semesta itu sendiri merupakan bukti nyata akan keberadaan Sang Pencipta. Jika dunia ini merupakan hasil kebetulan, maka ia tidak akan sebesar ini, dan tidak mungkin mengandung massa materi yang menumpuk seperti gunung-gunung.

Layaknya sebuah pabrik: semakin besar dan kompleks, semakin kuat pula manajer yang mengaturnya. Mustahil sebuah pabrik besar dan berkembang bisa berdiri tanpa pengelola, hanya karena “aturan kerja para pekerja” secara kebetulan. Maka, bagaimana mungkin alam semesta yang begitu besar dan penuh keteraturan ini bisa disebut kebetulan?

Ayat tersebut menggunakan kata “nushibat” (ditegakkan) — menunjukkan bahwa gunung-gunung tidak muncul secara bertahap atau kebetulan, tetapi berdiri tegak karena pergerakan lapisan bumi yang saling bertabrakan. Setelah gunung-gunung itu ditegakkan, Al-Qur’an melanjutkan dengan:
“Dan kepada bumi, bagaimana ia dihamparkan.”

Kata “dihamparkan” dari sisi ilmiah mengacu pada pergerakan lapisan-lapisan bumi yang bergerak ke arah berlawanan setelah pembentukan gunung. Dua fenomena ini—gunung yang ditegakkan dan bumi yang dihamparkan—saling berkaitan dan bukan hal yang terpisah.

Jika Al-Qur’an hanya buku keagamaan tanpa pengetahuan ilmiah, tentu ia tidak akan menggunakan istilah ilmiah seperti nushibat (ditegakkan) dan suthihat (dihamparkan). Ini adalah bentuk mukjizat ilmiah Al-Qur’an yang luar biasa.

Gambar berikut menunjukkan bagaimana sebuah gunung terbentuk: dua lapisan bumi bertumbukan, kemudian bagian permukaan terdorong ke atas membentuk gunung. Setelah itu, lapisan bumi bergerak berlawanan arah — sesuai dengan penjelasan ayat, bahwa setelah gunung ditegakkan, bumi dihamparkan.
Fenomena ini merupakan bukti ilmiah kuat atas kemukjizatan Al-Qur’an.


by

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *